Imagini ale paginilor
PDF
ePub

dan Kaharingan tidak ada samasekali, kecuali terbatas pada masalah umum berdasarkan masih adanya hubungan darah (masih ada golongan atas yang masih memeluk agama suku). Dan kepada mereka yang baru saja masuk Kristen kita tanyakan sebabnya kenapa mereka pindah agama, jawabnya mudah saja: "kami masuk Kristen, karena kami tidak mau meninggalkan beban bagi anak cucu kami kemudian untuk mengadakan pesta Tiwah", artinya selama mereka memeluk kepercayaan lama maka anak-cucu mereka (walaupun mereka sudah masuk Kristen) wajib mengadakan pesta tersebut, demi cintanya pada orang tuanya (disini kita lihat adanya pertumbukan nilai-nilai agama dengan tuntutan yang berbeda-beda pula sehniga melahirkan satu dilemma bagi mereka yang bersangkutan) 11).

Perkawinan antara kedua pemeluk agama tersebut di Tewan terjadi dan pada umumnya mereka yang beragama Kaharingan masuk agama Kristen (baik laki-laki maupun perempuan dan hal yang sebaliknya tidak pernah terjadi di Tewah). Yang masih ada ialah kedua belah pihak tetap pada agama dan kepercayaan masing-masing. Hal ini mungkin karena antara mereka masih ada hubungan kekerabatan dan atas dasar ini mereka hidup rukun.

Pemeluk agama Islam yang menempati bagian tengah desa tidak terlalu banyak mempengaruhi gerak-langkah pertumbuhan dan perobahan-sosial.

Hal ini dapat kita maklumi bahwa mereka adalah pendatang baru (terbaru) dan hampir tidak mempunyai pertalian darah dengan penduduk aslinya. Perkawinan antara pemcluk Kaharingan dan Islam dan demikian juga antara Islam dan Kristen hampir tidak ada.

Hal ini juga dapat kita maklumi oleh karena pesan agama Islam yang berbeda dengan tuntutan alam kehidupan lingkungan. Sedikit ilustrasi tentang sebabnya dapat kita ambil contoh sebagai berikut: Dalam hutan Kalimantan terdapat banyak sekali babi bahkan binatang memamah-biak yang

[ocr errors]

11) Dalam hal ini ada hal yang paralel telah terjadi sewaktu penulis berada di Desa Tumbang Korik (di sungai Hampotung, anak sungai Kahayan bagian Hulu-Utara) seorang yang sehari sebelum ia meninggal dunia telah meminta kepada para Imam Kaharingan agar air baptisan ketika ia masuk Kristen "dicabut" kembali oleh para Imam. Ia ingin kembali keagamanya semula dan esok harinya setelah upacara agama, ia meninggal sebagai Kaharingan.

Ini semuanya menunjukkan kepada kita betapa kuatnya tuntutan dan warisan lama menjiwai seseorang-lebih lagi mengingat bahwa lingkungannya mayoritas masih beragama Kaharingan. Inilah nasib sebagian orang Kristen tanpa Jemaat, gembala (pendeta) dan gereja di daerah terpencil yang perlu kita renungkan.

terbanyak kita dapati di sana dan untuk memburu binatang ini orang memerlukan anjing. Dan kedua binatang ini merupakan binatang yang prinsipiel dilarang, baik di makan ataupun disentuh oleh mereka yang beragama Islam. Selain itu anjing mempunyai arti yang mitologis dalam kepercayaan Kaharingan. Anjing, babi adalah termasuk binatang rumah yang paling banyak dan disukai oleh orang Dayak. Dari segi ini saja jelas kepada kita bagaimana bentuk hubungan mereka disebabkan oleh masalah ini. Hubungan antar agama di Tewah masih belum menggembirakan dan masih harus dijajaki seperlunya. Ada banyak hal dan rintangan yang harus ditempuh atau didobrak bersama demi hidup bersama, termasuk kebudayaan materiil dan mental-spirituilnya.

Tewah adalah salah satu desa yang cukup besar di pedalaman Kalimantan-Tengah namun polarisasi dan orientasi kelompok masih kuat pada "jiwa kelompok" (kelompok "hulu, -"tengah" dan -"hilir"). Dengan segala liku sejarah penduduknya yang berbeda-beda membuat Tewah menjadi "kecil" dan lebih terpencil lagi. Komunikasi sangat lancar hanya dalam kelompok sendiri, antara kelompok "hulu" dan "hilir" boleh dikatakan 'lumayan' - antara kelompok "hulu" dan "tengah" sangat kurang, sedangkan antara kelompok "tengah" dan "hilir" hampir tidak ada sama sekali.

BERTUMBUH BERSAMA DAN MEMBANGUN DI DALAM KASIH

(Suatu studi mengenai pembangunan jemaat desa tani dan nelayan di Maluku Tengah)

Oleh :

Wim Davidz

KATA PENGANTAR

Tulisan ini merupakan Laporan Riset dalam hubungan dengan penulisan thesis Master of Theology pada South East Asia Graduate School of Theology, Sekolah Tinggi Theologia Jakarta.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof Dr J.L. Ch. ABINENO yang telah memberikan tugas riset, membimbing serta mengarahkan penulis dalam penyelesaian tugas tersebut. Juga kepada Bapak Prof Dr P.D. LATUIHAMALLO selaku Area Dean SEA-GST yang ikut mengusahakan dana dari pihak Dean SEAGST di Manila serta mendaya-dorongi riset ini.

Rasa sama yang tak terhingga pula ingin disampaikan penulis kepada Direktur DHARMA CIPTA D.G.I. beserta anggota Staffnya mengingat sharingnya yang tidak kecil sejak awal.

Berturut-turut pula, penulis hendak menyebutkan disini Direktur INSTITUT OIKOUMENE INDONESIA D.G.I. dan LEMBAGA PENELITIAN DAN STUDI D.G.I. yang membantu sekitar nasehat/petunjuk-petunjuk teknis-methodologis dan yang karenanya patut menerima penghargaan yang dalam.

Sementara itu, BADAN PEKERJA SINODE G.P.M., kedua PIMPINAN KLASSIS G.P.M. di AMBON dan SAPARUA, beserta kesemua pimpinan-pimpinan Jemaatnya masing-masing yang sesungguhnya tanpa kelibatan mereka, riset tersebut tak pernah terwujud.

Semoga tulisan sederhana ini yang lahir dari pengamatan penulis selama di sana dapat memberikan manfaat bagi gereja di tengah perjalanan......

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

PELAKSANAAN RISET

1. Tahap Orientasi

2. Pelaksanaan di Lapangan

3. Pengamatan terhadap Sitz im Leben

3.1. Kebudayaan maritim

3.2. Kebudayaan agraris

3.3. Lingkungan Islam

3.3.1. Ihamahu

3.3.2. Hila Serani

3.4. Adat-istiadat dan

Kekristenan-Tradisionil

IMPLIKASI RISET

1. Implikasinya bagi Jemaat

2. Implikasinya bagi Pendidikan Theologia

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

PENDAHULUAN

Riset ini dilakukan sehubungan dengan tugas penulisan tesis Master of Theology South East Asia Graduate School of Theology di Sekolah Tinggi Theologia Jakarta tahun 1977 ini. Oleh karena itu, patutlah di sini dikemukakan judul tesis termaksud yang karenanya mengharuskan pengadaan kegiatan riset ini.

Adapun JUDUL itu ialah: "BERTUMBUH BERSAMA DAN MEMBANGUN DIDALAM KASIH": "Suatu Studi Mengenai Pembangunan Jemaat Desa Tani dan Nelayan di Maluku Tengah".

Dengan demikian pula, studi lapangan ini bersama-sama dengan studi literatur akan memberikan kelengkapan bagi tersusunnya keseluruhan bangunan tesis di maksud.

Untuk kepentingan riset ini sendiri, penulis pada tahap permulaan telah menentukan suatu fokus yang bertujuan mengarahkan kegiatan riset ini sehingga ia dapat berlangsung proporsionil.

Adapun FOKUS itu ialah: "PEMAHAMAN DIRI JEMAAT DESA DI TENGAH-TENGAH REALITA LINGKUNGAN SETEMPAT".

Fokus ini di angkat dari masalah pokok yang terasa hidup didalam jemaat-jemaat di desa Dimanakah sebenarnya tempat jemaat di lingkungan sekitarnya di desa? Sejauh manakah jemaat lokal itu memahami dirinya di desa? Apakah jemaat lokal itu - dalam pemahamannya itu - melihat desa selaku dunianya yang konkrit? Apakah dalam konteks sedemikian itu, benar-benar jemaat lokal hidup dalam ketaatan ke pada Amanat Kristus? Ataukah sebenarnya justru di sana berlaku diskomunikasi antara jemaat lokal dengan desa lingkungannya? Jika benar, dimanakah terletak bottleneck-nya?

Terang di sini, Desa sudah ditentukan kungan bagi jemaat lokal.

sejak awal - sebagai ling

Pada umumnya Desa dibataskan sebagai "satu daerah hukum yang ada sejak beberapa keturunan dan mempunyai ikatan kekeluargaan atau ikatan sosial yang hidup serta tinggal menetap di satu daerah tertentu dengan adat istiadat yang dijadikan landasan hukum dan mempunyai seorang pimpinan formil yaitu Kepala Desa. Kehidupan penduduk desa umumnya tergantung dari usaha pertanian, nelayan.

"1)

1) B.N. Marbun, "Proses Pembangunan Desa", 1977.

« ÎnapoiContinuă »