Imagini ale paginilor
PDF
ePub

kan Ring-Ring. Ring-Ring ditiadakan hanya berdasar atas kelambatan penyaluran keuangan ke klasis-klasis.

Dari segi pelayanan dalam jemaat-jemaat, Ring-Ring itu baik sekali, karena di situ dipecahkan persoalan-persoalan kelompok-kelompok jemaat yang tidak perlu dibawa ke klasis. Klasis hanya menerima laporan saja. Bagi jemaat-jemaat yang jauh dari klasis, Ring-ring itu baik sekali. Menurut Ketua GMIH, Pendeta R. Salakparang, barangkali di masa depan lebih baik GMIH menghapuskan klasis dan menghidupkan kembali Ring-Ring, yang bertanggung jawab langsung kepada Sinode, sehingga susunan struktur GMIH menjadi jemaat-jemaat, ring-ring, sinode.

Tugas Sekolah Ahad ditangani oleh SPMH. SPMH/Sekolah Ahad dan KWK masing-masing mempunyai anggaran dasar tersendiri, sehingga dalam Gereja seolah-olah ada gereja-gereja kecil.

SPMH mempunyai hubungan dengan MPKO di Jakarta. Kegiatan mereka dalam Gereja besar sekali, hanya koordinasi dengan pusat Sinode, Klasis dan Jemaat, tidak begitu manis. Untuk mencegah koordinasi yang kurang baik ini, maka Sinode memutuskan supaya dalam badan-badan yang tingkat Sinode, Klasis dan Jemaat, ketua-ketuanya dimasukkan sebagai anggota. Sebagai organisasi hal ini nampaknya baik, tetapi kenyataan ialah bahwa mereka tidak mau bergiat lagi seperti dahulu, sehingga di segala tempat nampak kelesuan.

2. Susunan Organisasi GMIH fase ke-II (1960 - 1967) BPS ditambah dengan seorang Sekretaris II. Anggota biasa 6 orang sebagai berikut :

1. Kepala perkebunan GMIH

2. Ketua Yayasan Kesehatan

3. Ketua SPMH

4. Pemimpin Sekolah Pendidikan Guru Kristen

5. Seorang untuk Hubungan Masyarakat

6. Ketua K.W.K.

Susunan BP Klasis sama dengan BPS, tetapi disederhanakan sehingga jumlah anggotanya hanya 7 orang.

3. Susunan organisasi GMIH fase ke-III (1967 - 1971)

Di tingkat Sinode diadakan Badan Pengurus Harian (BPH) dan Badan Pengurus Lengkap (BPL). Semua ketua klasis adalah anggota BPL. BPL bersidang 2 x setahun.

Di Ternate dibuka Perwakilan Sinode. Tetapi hal ini meruwetkan pekerjaan, sehingga Sinode di Tobelo hampir menjadi no. 2 dan Ternate no. 1. Akhirnya perwakilan di Ternate dibubarkan.

4. Susunan organisasi GMIH fase ke-IV (1971 sampai sekarang)

Sinode ke-XV yang berlangsung pada bulan September 1971, telah menciptakan 2 hal penting :

1. Tata Gereja baru

2. Susunan organisasi baru.

Dalam susunan baru ini terdapat departemen-departemen sebagai berikut :

[merged small][merged small][merged small][merged small][merged small][merged small][merged small][ocr errors][ocr errors][ocr errors][merged small][merged small]

Badan Pengurus Harian dari BPS ini terdiri dari 3 ketua, sekretaris umum dan bendahara.

Ketiga departemen dilengkapi dengan seksi-seksi menurut fungsi departemen itu. Seksi-seksi itu ialah pembangunan, P.I., Pemuda, Sekolah Ahad, Kaum Wanita, kolportase, Humas, sosial, dan lain-lain.

BPS bersidang 1 x dalam 2 minggu.

II. Badan Pengurus Klasis terdiri dari :

1. Ketua Klasis

2. Wakil Ketua

3. Sekretaris

4. Bendahara

5. 3 anggota yang membawahi salah satu departemen.

BPK bersidang 1 x sebulan. Tiga bulan sekali diadakan rapat klasis yang dihadiri oleh wakil-wakil jemaat.

III. Jemaat-jemaat dipimpin oleh Majelis Gereja.

Jemaat yang beranggotakan sampai 50 orang mempunyai

[ocr errors][merged small]

Jemaat yang beranggotakan 100-200 orang mempunyai 2 penatua, 2 syamas, dan 1 syamaset.

Dengan tiap anggota ditambah 1 penatua, 1 syamas, dan 1 syamaset. Mereka berkumpul pada tiap hari Minggu. Majelis Gereja menunjuk seorang untuk membawahi salah satu seksi dari ketiga departemen kononia, diakonia dan marturia, menurut kondisi jemaat setempat.

Sidang Sinode diadakan satu kali dalam 2 tahun. Bila perlu maka pendeta-pendeta dipanggil berapat. Demikian juga sering diadakan rapat-rapat yang lain, misalnya rapat pendidikan, rapat angkatan muda, rapat upgrading, dan lain sebagainya.

5. Pengambilan keputusan pada masing-masing tingkat gereja Dalam mempersiapkan persidangan-persidangan tingkat Klasis dan Jemaat, tidaklah terasa adanya kesulitan apabila dibandingkan dengan persiapan menjelang Sinode. Untuk menghubungi Klasis yang jauh letaknya, misalnya Klasis Weda yang terletak di semenanjung selatan Halmahera, sering terjadi bahwa surat diterima 2 bulan kemudian akibat hubungan dan komunikasi yang buruk. Dengan demikian maka acara sidang telah harus dikirimkan berbulan-bulan sebelumnya, untuk memudahkan para peserta dapat mengikuti jalannya persidang

an.

Tiap-tiap peserta mendapat kebebasan berbicara, kebebasan mengeluarkan pendapat dan membahas masaalah-masaalah yang diacarakan. Demikianpun berlaku bagi persidangan-persidangan tingkat Klasis maupun Jemaat, sekalipun tingkat kecerdasan para anggota Majelis masih jauh dari yang diharapkan. Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa dalam persidangan klasis Morotai, yang turut dihadiri oleh Badan Pekerja Harian Sinode, yang berlangsung tanggal 6 sampai dengan 8 Mei 1968, dapatlah dikemukakan bahwa sekalipun tingkat kecerdasan dan kesanggupan memecahkan masaalah belum begitu luas, namun itu tidak mencegah para peserta untuk berbicara membahas masaalah secara bersungguh-sungguh. Berdasarkan prinsip musyawarah di tengah-tengah para peserta maka dengan kemauan baik untuk membangun di tengah-tengah Jemaat, serta sadar akan tanggung-jawab dalam menanggulangi masalah-masalah Gereja, dicetuskanlah keputusan-keputusan untuk membangun kantor Klasis, gedung Sekolah Alkita, gedung SMP Kristen dan gedung Taman Kanak-kanak Kristen, yang seluruhnya akan dibangun secara bertingkat dan secara gotong royong.

Dalam mengambil keputusan maka dalam seluruh persidangan Sinode selalu didahulukan penetapan Tata Tertib yang

telah disiapkan oleh Badan Pengurus, yang menjadi ketentuan bagi tertibnya dan terarahnya jalannya sidang. Pemimpin rapat selalu berusaha untuk memberi penjelasan yang luas kepada para peserta sebelum mengambil keputusan.

Dalam tiap-tiap persidangan Sinode GMIH para peserta diberi kesempatan membahas sesuatu masaalah dan dua kesempatan, sebelum dijatuhkan keputusan. Untuk mengikat para peserta agar turut memikul seluruh keputusan dengan penuh tanggung jawab maka notulen rapat dibacakan sehari kemudian dari hari persidangan, untuk mendapat perbaikan dan kemudian disahkan.

Keputusan-keputusan yang diambil oleh sidang Sinode kemudian disalurkan kepada seksi-seksi yang berwenang untuk melaksanakannya. Baru sidang Sinode yang berikut dapat mengontrol apakah pelaksanaan itu telah dikerjakan dengan baik.

GMIH mempunyai gerakan pemuda, yang namanya Angkatan Muda GMIH dan gerakan Wanita, yang namanya Kaum Ibu GMIH. Dahulu gerakan pemuda dan wanita Kristen ini berdiri di luar organisasi Gereja. Namanya masing-masing Sinar Pemuda Masehi Halmahera (SPMH) dan Kaum Wanita Kristen (KWK). Kedua organisasi ini mempunyai anggarandasarnya sendiri.Namun pengalaman kerja selama bertahuntahun menunjukkan kesimpangsiuran dalam bidang organisasi, keuangan, dan lain-lain. Sering tampak bahwa SPMH dan KWK, di dalam rangka mempertahankan isi anggaran dasarnya, harus bertubrukan dengan ketentuan Klasis atau Jemaat. Dengan diintegrasikannya SPMH dan KWK ke dalam GMIH (sejak Sinode 1967) maka organisasi dalam organisasi telah hilang.

B. Keadaan Kepemimpinan

Dalam GMIH terdapat petugas-petugas sebagai berikut : 1. Pendeta-pendeta

2. Guru-guru Jemaat

Mereka memimpin sekelompok jemaat yang tergabung dalam suatu Klasis. Di antara mereka ada yang tamatan sekolah-sekolah Pendeta di SoE, Makasar, Ambon, Malang dan Tomohon. Mereka yang akan tamat dari Akademi Theologia di Ternate juga akan menjadi Pendeta. Ada juga Pendeta-pendeta yang berpendidikan tingkat guru Jemaat lalu diangkat menjadi Pendeta. Mereka memimpin satu jemaat. Mereka berpendidikan pada sekolah Alkitab, lamanya tiga tahun.

3. Guru-guru Injil

Mereka juga memimpin satu jemaat. Mereka berpendidikan pada sekolah Guru Injil, lamanya 2 tahun. Mereka disebut Guru Injil tingkat satu. Ada juga Guru Injil tingkat dua. Mereka diangkat. Mereka juga memimpin satu jemaat.

Di bawah ini terlihat beberapa daftar yang menunjukkan keadaan kepemimpinan dalam Gereja Masehi Injili Halmahe

[blocks in formation]

d. Keterangan-keterangan tentang para Pendeta Jumlah Pendeta yang tugas pokoknya

1. di satu jemaat

2. di Sinode dan Klasis

3. melayani Akademi Theologia

2 orang 23 orang 3 orang

4. dalam sidang pelayanan khusus sebagai pendeta ABRI

1 orang

5. jumlah Pendeta wanita (ia melayani satu jemaat)

1 orang

Jumlah Pendeta yang telah lulus

I. tingkat doktoral

II. tingkat sarjana

III. tingkat sarjana muda

1 orang

« ÎnapoiContinuă »