Imagini ale paginilor
PDF
ePub

lihat lagi soal-soal besar — soal-soal yang sebenarnya yang ada hubungannya dengan dunia. Saya tahu, bahwa hal itu tidak mudah, kedari semuanya itu, dibebaskan bukan hanya satu kali saja, tetapi terusmenerus. Baru dengan jalan itu kita dapat menjadi alat yang berguna dalam pekerjaan pembebasanNya.

3. Tetapi bukan hanya itu saja tugas Gereja. Ia bukan saja terpanggil untuk mengambil bagian dalam pekerjaan pembebasan Kristus, ia juga terpanggil untuk mengambil bagian dalam pekerjaan pemersatuanNya. Tadi, dalam uraian di atas, telah kita dengar, bagaimana suku-suku Israel, yang mula-mula hidup terpisah-pisah, oleh pekerjaan pembebasan Allah telah dipersatukan dalam suatu "persekutuan religius" dan dipakai sebagai alat dalam pekerjaan pembebasanNya. Dalam pekerjaan itu Ia menghubungkan Israel dengan bangsa-bangsa lain, bukan saja supaya nyata bagi Israel, bahwa pembebasan itu bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga supaya Israel tahu, bahwa tujuan pekerjaan pembebasan Allah ialah, seperti yang disaksikan oleh para nabi, khususnya oleh Yesaya dan "Deutero-Yesaya", agar segala sesuatu dipulihkan dan dipersatukan kembali dalam Kerajaan Syalom (Yes 65: 17-25; bnd Yes 11:6 dyb; 25: 6 dyb; 66: 12 dyb) yang akan Ia datangkan. Juga Gereja sebagai "Israel baru", yang Kristus bebaskan dan kumpulkan dari berbagai-bagai bangsa dan bahasa di dunia, mempuyai tugas dan panggilan yang sama. Apakah kita sebagai Gereja-gereja Kristus di Indonesia menyadari hal ini? Pembentukan Dewan Gereja-gereja di Indonesia pada tanggal 25 Mei 1950 kita terima dengan pengucapan syukur sebagai pekerjaan pembebasan dan pemersatuan Kristus pembebasan dari ruparupa "kuasa" dan ikatan yang memisah-misahkan Gereja-gereja kita sampai pada waktu itu dan pemersatuan dalam suatu wadah baru dengan tugas, supaya kita bersama-sama, sebagai Gereja-gereja Anggota DGI, berusaha memanifestasikan berita pembebasan dan pemersatuan itu di dalam dunia, khususnya dunia Indonesia. Sesudah 26 tahun lamanya tugas ini kita tunaikan, adalah wajar, menurut pendapat saya, untuk mengajukan pertanyaan: Apakah Gereja-gereja kita benar-benar masih berfungsi sebagai "buah sulung" dari umat manusia atau — untuk memakai kiasan seorang ahli teologia terkemuka sebagai "kebun percobaan" bagi pekerjaan pembebasan dan pemersatuan Kristus di Indonesia? Menurut laporan "Kelompok-Kerja mengenai bentuk-bentuk keesaan" yang akan kita bahas dalam Sidang Raya ini berhubung dengan rupa-rupa masalah dan rintangan, tidak seperti semestinya. Apa yang Allah maksudkan dengan Gereja, inklusif Gereja-gereja kita di Indonesia, belum tercapai. Kita belum lebih maju daripada suatu permulaan yang kecil. Tetapi pekerjaan pembebasan dan pemersatuan Kristus terus berlangsung dan siapa yang turut mengambil bagian di dalamnya tahu, bahwa pekerjaan itu akhirnya akan menang atas ketidak-mauan dan ketidak-taatan Gereja-gereja kita. Karena itu marilah kita, dengan keyakinan ini, melanjutkan untuk kesekian kalinya usaha dan perjuangan kita untuk memberikan kemungkinan kepada Gerejagereja kita, supaya mereka benar-benar dapat berfungsi sebagai "buah sulung" dari umat manusia dan "kebun percobaan" bagi pekerjaan pembebasan dan pemersatuan Kristus di Indonesia.

[ocr errors]

PANGGILAN UNTUK PEMBEBASAN DAN PERSATUAN DALAM

GEREJA, MASYARAKAT DAN DUNIA

oleh T.B. Simatupang

1.

2.

I. Pengantar

Dalam sebuah Sidang Raya seperti ini maka Tuhan menghimpun wakil-wakil umatNya melalui Roh KudusNya untuk bersamasama memuji namaNya dan bersama-sama pula mendengar InjilNya dalam merenungkan apa yang merupakan kehendakNya bagi Gerejanya sekarang ini dan di waktu yang akan datang di tengah-tengah dunia yang sedang mengalami perubahan-perubahan dan pergolakan yang besar. Pada dasarnya ini tidak berbeda dengan apa yang dijalankan oleh jemaat setiap kali jemaat berhimpun dalam ibadah. Dalam arti itu Sidang Raya adalah suatu ibadah. Sama seperti badan tertinggi suatu organisasi yang lain, maka Sidang Raya juga menilai kegiatan-kegiatan dalam waktu yang lalu (1971-1976), menggariskan pokokpokok haluan yang akan ditempuh dalam waktu yang akan datang (1976-1980) dan menetapkan mereka yang ditugaskan untuk melaksanakan haluan tersebut. Bedanya ialah bahwa dalam Sidang Raya kegiatan-kegiatan "bisnis" ini ditempatkan dalam rangka ibadah pagi. "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna" (Roma 12:2).

Injil tidak berubah. Namun oleh karena keadaan berubah, maka tema dan sub-tema sebagai alat pembantu atau "jembatan keledai" (ezelsbrug-getje) guna mengenakan Injil yang tidak berubah itu di tengah-tengah situasi hidup manusia, gereja dan masyarakat dalam sesuatu waktu, mengalami perubahan dari Sidang Raya ke Sidang Raya. Injil adalah satu dan tidak terbagi-bagi. Tidak ada Injil (dalam kata-kata yang terdapat dalam Pesan Sidang Raya keVII, 1971) sebagai "berita kesukaan mengenai pertobatan dan pembaharuan yang tersedia bagi manusia" (Markus 1:15), terlepas da

3.

4.

5.

ri "kebebasan, keadilan, kebenaran dan kesejahteraan yang dikehendaki Tuhan untuk dunia" (Lukas 4:18-21). Tidak ada pemisahan mutlak antara hidup spirituil dan materiil. Hidup spirituil juga diungkapkan dalam caranya kita menghadapi hidup materiil dalam rangka perjuangan untuk kemanusiaan dan keadilan. Tugas Gereja ialah menyampaikan Injil sepenuhnya kepada hidup manusia seutuhnya dan kepada seluruh hidup masyarakat, baik di sesuatu negara maupun di dunia umumnya. Dalam tahun-tahun yang lalu telah disadari lebih jelas bahwa Injil juga menyangkut sikap manusia terhadap alam.

Dalam hubungan tema Sidang Raya kita ini saya ingin mengutip kata-kata yang terdapat dalam laporan konsultasi tentang strategi menyeluruh komunikasi massa tanggal 14-16 Juni 1976, yaitu "bahwa Allah itu telah mengkomunikasikan diriNya dalam Kristus di tengah-tengah dunia untuk membebaskan dan mempersatukan umat manusia". Dalam Yesus Kristus Allah yang Mahaesa itu telah mengkomunikasikan diriNya ke dalam dunia, ke dalam sejarah umat menusia. Yesus Kristus ialah Tanda Jaman yang sejati. Melihat tanda-tanda jaman berarti berusaha memahami di mana dan bagaimana Yesus Kristus bekerja dalam sejarah umat manusia ke arah penggenapan rencana dan janjiNya, yaitu apabila segala sesuatu "dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan" (Roma 8:21) dan apabila "segala sesuatu, baik yang di sorga mau pun yang di bumi" dipersatukan "dalam Kristus sebagai Kepala" (Efesus 1:10). Melihat tanda-tanda jaman juga berarti mendengar dan mematuhi panggilan untuk mengambil bagian, untuk berpartisipasi, dalam karya pembebasan dan pemersatuan Tuhan Yesus Kristus itu.

Karya pembebasan dan pemersatuan Tuhan Yesus Kristus itu telah berlaku. Kerajaan Allah telah datang. Kerajaan Allah telah hadir di dunia. Kerajaan Allah telah hadir dalam sejarah umat manusia. Kita menantikan penggenapannya yang sepenuhnya. Dalam menantikan penggenapan itu kita terpanggil untuk berpartisipasi dalam karya Yesus Kristus yang sedang berlangsung. Dalam katakata Dr. Liem Khiem Yang maka kita terpanggil untuk "memberlakukan" karya pembebasan dan pemersatuan Yesus Kristus yang telah "berlaku" itu.

Mungkin ada yang bertanya apakah ini tidak merupakan rumus teologis yang kabur? Untuk mencoba menjelaskan hal-hal tadi kepada diri saya sendiri, maka kadang-kadang saya mempergunakan kiasan berikut. Pada saat Proklamasi Kemerdekaan kita dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945 maka bagi mereka yang yakin akan kebenaran tindakan tersebut bangsa kita telah merdeka. Bagi mereka itu pembebasan dan persatuan bangsa ki

6.

7.

ta telah menjadi kenyataan, telah berlaku. Kenyataan pada waktu itu ialah bahwa pasukan-pasukan Jepang masih hadir di mana-mana dan kemudian tiba lagi pasukan-pasukan Inggeris dan pasukan-pasukan Belanda. Namun mereka yang yakin akan kebenaran Proklamasi Kemerdekaan melihat pasukan-pasukan Jepang, Inggeris dan Belanda itu sebagai "kuasa-kuasa lama" yang telah lewat jaman berlakunya. Tugas mereka yang yakin akan kebenaran Proklamasi Kemerdekaan ialah "memberlakukan" pembebasan dan persatuan yang telah "berlaku" itu. Ini mereka jalankan melalui pembentukan aparatur negara yang merdeka, termasuk pembentukan angkatan bersenjata dan selanjutnya melalui perjuangan untuk melawan dan melenyapkan kuasa-kuasa lama tadi. Akhirnya kemerdekaan kita diakui oleh dunia. Sekali lagi ini hanya sekedar kiasan saja, untuk menjelaskan kepada diri kita sendiri, bahwa kepercayaan mengenai Kerajaan Allah yang telah datang, mengenai pembebasan dan pemersatuan yang telah "berlaku" serta panggilan untuk "memberlakukan"nya sambil menunggu penggenapannya yang penuh, bukanlah rumus yang abstrak dan kabur. Panggilan untuk pembebasan dan persatuan dalam gereja, masyarakat dan dunia, seperti dicantumkan dalam sub-tema Sidang Raya kita ini, adalah panggilan yang kongkrit.

Seperti dikatakan oleh konsultasi mengenai komunikasi massa yang kita kutip tadi maka Allah yang Mahaesa telah mengkomunikasikan dirinya dalam Kristus di tengah-tengah dunia untuk membebaskan dan mempersatukan umat manusia. Tema kita mengungkapkan hal ini dalam kata-kata Yesus Kristus Membebaskan dan Mempersatukan. Ini merupakan pengakuan kepercayaan kita dihadapan dunia. Sekaligus ini merupakan pengakuan dosa, sebab kita sadar bahwa sering kita mengabaikan, menolak atau menentang karya pembebasan dan pemersatuan Kristus itu. Pengakuan kepercayaan ini juga merupakan sumber pengharapan kita, sebab dengan segala ketidaksetiaan kita, dengan segala usaha untuk menentangnya, namun rencana dan janji Allah pasti akan digenapkan. Oleh sebab itu juga di tengah-tengah kesulitan dan penderitaan tetap ada pengharapan. Dalam hubungan ini kita sebut tema untuk Sidang Raya Dewan Gereja-gereja se-Asia yang akan diadakan pada bulan Juni 1977 di Manila. Tema itu berbunyi "Yesus Kristus dalam penderitaan dan pengharapan Asia". Tema ini mengingatkan kita bahwa pembebasan dan persatuan dalam Kristus harus difahami dalam terang penderitaan, kematian dan kebangkitanNya. Baiklah kesempatan ini saya pergunakan untuk mengajak Gerejagereja kita mengambil bagian penuh dalam persiapan-persiapan menjelang Sidang Raya Dewan Gereja-gereja se-Asia yang akan datang itu.

Yesus Kristus Membebaskan dan Mempersatukan. Kepercayaan itulah yang menjadi titik-tolak bagi kita dalam melihat perkembangan dalam masyarakat kita dan dunia umumnya. Kepercayaan itulah yang menjadi dasar panggilan bagi kita untuk berpartisipa

8.

9.

si dalam usaha-usaha dan perjuangan pembebasan dan persatuan dalam masyarakat kita di dunia umumnya. Kita bekerjasama dengan sesama warga-negara kita dan sesama manusia kita, yang dengan bertolak dari kepercayaan dan keyakinan mereka masing-masing juga berpartisipasi dalam usaha-usaha serta perjuangan pembebasan dan pemersatuan itu. Baik di Indonesia mau pun di dunia umumnya para penganut Agama-agama dan kepercayaan-kepercayaan yang berlain-lainan mempunyai tanggung jawab bersama mengenai masa depan bersama. Mereka semuanya terlibat dalam perjuangan bersama untuk kebebasan, kemanusiaan, keadilan, kesejahteraan, persatuan dan perdamaian. Tanggung jawab bersama itu melahirkan percakapan dan kerjasama. Percakapan dan kerjasama itu secara langsung atau tidak langsung selalu mengandung unsur kesaksian timbal-balik mengenai sumber-sumber motivasi mereka masing-masing dalam perjuangan bersama untuk kebebasan, kemanusiaan, keadilan, kesejahteraan, persatuan dan perdamaian

itu.

Benang merah dalam sejarah Indonesia modern ialah perjuangan untuk pembebasan dan persatuan nasional. Seluruh bangsa kita dengan latar belakang keagamaan dan kepercayaan yang berlain-lainan telah bekerja-sama secara bahu-membahu dalam perjuangan itu selama pergerakan kebangsaan. Setelah Proklamasi Kemerdekaan maka Pancasila telah kita akui dan amalkan sebagai dasar dan tujuan perjuangan bersama untuk pembebasan dan persatuan itu. Demikian pula selama perang kemerdekaan, selama tahun-tahun "nationbuilding" dan selama tahun-tahun "revolusi". Sekarang ini kita bersama-sama melaksanakan pembangunan sebagai pengamalan semua sila dari Pancasila di tengah-tengah keadaan di Asia Tenggara yang menuntut peningkatan ketahanan nasional dari kita. Negara dan bangsa kita juga mengambil bagian dalam perjuangan pembebasan dan persatuan umat manusia yang sedang mengalami jaman peralihan ke arah struktur dunia baru yang dapat menjamin keadilan, persaudaraan dan perdamaian bagi semua bangsa. Dalam rangka keadaan itulah kita akan merenungkan "Panggilan untuk Pembebasan dan Persatuan dalam Gereja, Masyarakat dan Dunia".

II. Apakah Yesus Kristus

Membebaskan

dan

Mempersatukan Dalam hidup
hidup Gereja-gere-
ja kita?

Di antara dewan-dewan gereja-gereja nasional di dunia ini maka Dewan Gereja-gereja di Indonesia mempunyai keistimewaan. DGI mencantumkan dalam Anggaran Dasarnya bahwa tujuannya ialah "pembentukan Gereja Kristen yang Esa di Indonesia". Tidak ada dewan gereja nasional yang lain yang mempunyai pasal seperti itu dalam Anggaran Dasar-nya. Ini sekali-kali tidak berarti bahwa panggilan keesaan gereja di Indonesia hanya ditujukan kepada Gereja-gereja Anggota DGI saja. Tuhan sendiri yang memanggil

« ÎnapoiContinuă »