Imagini ale paginilor
PDF
ePub

Dalam rangka pekerjaannya ia membuat suatu jalan dari rumahnya ke danau. Rencananya ialah untuk membuka jalan yang mengelilingi danau.

Segala pekerjaan Van Dijken ini menarik perhatian Pemerintah. Sudah pada permulaan tahun 1870 Residen Lutjens dari Ternate membuat suatu laporan yang baik tentang Van Dijken.

Jadi walaupun corak UZV dan utusan-utusan Injilnya sedikit banyak pietis, namun Van Dijken tidak hanya mementingkan jiwa orang; ia juga berusaha untuk memperbaiki keadaan jasmani penduduk Galela, yang pada waktu itu masih hidup secara tak teratur.

Selain dari membantu orang Galela, Van Dijken juga membantu kas U.Z.V. Pada tahun 1869 ia mengirim 4 botol ararut ke Makasar supaya diperiksa apakah itu dapat dijual. Sesudah ia menerima jawaban positif, ia mulai mengirimkan ararut itu ke negeri Belanda. Hal ini dibuat sampai tahun 1896. Hasilnya masuk dalam kas Zending.

Sampai sekarang masih diceriterakan cara bagaimana Van Dijken dan Nyonya menarik orang yang masih takut-takutan. Mereka dijamu dengan teh manis dan kue-kue dari tepung ararut. Seorang demi seorang dilayani demikian, sehingga mereka yang telah merasakan pelayanan itu, menjadi alat propaganda tidak langsung dan dengan demikian makin bertambahlah jumlah penduduk yang telah "dijinakkan" (istilah R. Sumtaky BA), (lihat lampiran).

Desember 1868 rumah Van Dijken roboh akibat angin ribut. Sekarang nyata bahwa orang Galela sudah merasa dekat pada Van Dijken. Jika dahulu, waktu ia membangun pondoknya, tidak ada seorangpun dari penduduk asli kecuali Moli yang mau membantunya, sekarang semua orang menolong membangun suatu rumah baru.

Untuk membikin ararut, Van Dijken mempunyai banyak pembantu. Tiap pagi, sebelum pekerjaan dimulai, ia mengadakan ibadah bersama dengan mereka.

Ia juga mengadakan kebaktian pada hari Minggu, tapi hanya sedikit orang datang. Van Dijken juga membuka sekolah, tetapi orang Galela tidak suka menyuruh anak-anak mereka masuk sekolah. Muridnya hanya 6 anak.

Sebagai pembantunya dalam pekabaran Injil kemudian diangkat Moli, orang Galela itu yang pernah menjadi pembantu utusan Injil Ottow di Nieuw Guinea (lihat hal. 4). Ialah penginjil pertama dari penduduk asli. Van Dijken membangun rumah untuk dia dekat rumahnya sendiri.

Sementara itu Klaassen dan Been masih tinggal di pesisir. Sekolah mereka mempunyai 12 murid, kebanyakan orang Tionghoa.

15 Pebruari 1871 rumah-rumah Klaassen dan Been terbakar habis. Asal kebakaran itu tidak pernah diketahui. Walaupun kerugiannya besar, namun juga ada keuntungan. Sekarang mereka mendapat izin untuk bekerja di pedalaman. Been mendapat izin untuk pergi ke Tobelo, dan Klaassen tinggal di tepi danau Galela. Klaassen minta kepada Van Dijken untuk membangun rumah baginya di tempat yang paling rendah di tepi danau, supaya tidak sukar mengambil air. Tempat Van Dijken di ketinggian, sehingga sulit mengambil air. Tempat untuk Klaassen didapati di kampung Soa-Konora.

Tobelo menjadi tempat kedua di Halmahera di mana Zending Belanda bekerja. Setelah Zending Belanda bekerja di Galela selama lima tahun, belum ada orang Galela yang menjadi Kristen (kecuali Moli).

3. Agama suku mulai tergoncang

Pada tahun 1871, bulan Desember, banyak hujan lebat di Galela. Khusus pada tanggal 14, 15 dan 16 Desember hujannya luarbiasa, sehingga orang-orang takut bahwa seluruh Galela akan lenyap. Akibat bencana itu banyak orang datang kepada Van Dijken. Diadakan doa bersama. Esok harinya hujan berhenti. Van Dijken suruh Moli dan seorang murid sekolah mengundang semua orang untuk berkumpul pada hari Minggu. Banyak orang datang. Van Dijken mengadakan kebaktian bersama mereka. Hari Kamis diadakan kebaktian lagi dengan banyak orang. 24 Desember dirayakan Hari Natal. Klaassen juga hadir. Tanggal 31 Desember diadakan kebaktian lagi dan pada tanggal 1 Januari 1872 kira-kira 200 orang hadir. Di antara mereka ada 14 orang Islam. Sekarang banyak orang dewasa mau belajar membaca dan menulis. Keluarga-keluarga datang dari jauh dan tinggal berhari-hari di Duma untuk belajar. Van Dijken tidak mempunyai waktu lagi untuk bertani. Sayang bahwa justru pada waktu itu Klaassen meninggal.

Kepada 28 orang diberikan katekisasi sebagai persiapan untuk menerima baptisan. 20 sampai 30 anak masuk sekolah.

Semua orang yang mau menjadi Kristen, harus hafal Sepuluh Firman, ke-12 Perkara Kepercayaan, dan do'a Bapa Kami.

Ada orang yang diusir dari rumah-rumah mereka karena mereka mau menjadi Kristen. Ada juga yang tinggal terlalu jauh untuk mengikuti pengajaran agama. Karena itu Van Dijken membangun rumah-rumah, sehingga terjadi kampung baru di dekat Duma. Rumah pertama dari kampung itu ialah rumah Moli.

4. Akibat-akibat sosial untuk calon-calon Kristen

Untuk orang yang mau menjadi Kristen, banyaklah akibat-akibat sosialnya:

a. Di antara mereka ada yang berhutang kepada orang lain. Menurut adat orang-orang tidak terlalu keras menuntut pembayaran hutang. Dan jika seorang Halmahera berhutang kepada seorang dari luar, atau ia berhutang pajak kepada Pemerintah, biasanya ia dibantu oleh orang sekampung untuk membayar hutang itu. Tetapi karena mereka telah melepaskan diri dari adat yang lama, maka hutanghutang mereka dituntut dari mereka. Van Dijken merasa bahwa ia harus membantu mereka untuk membayar hutanghutang mereka. Untuk itu ia minta bantuan dari Nederland. Uang itu tidak akan diberikan kepada mereka, tetapi dipinjamkan.

b. Ada yang kehilangan pencaharian karena mereka mau menjadi Kristen. Van Dijken merencanakan untuk menjadikan mereka petani-petani. Tetapi disamping pertanian harus dipikirkan penjualan dari hasil-hasil bumi.

c. Di antara yang mau menjadi Kristen, ada banyak laki-laki muda yang belum kawin. Berhubung dengan adat mas kawin, sulitlah bagi mereka untuk mendapat seorang isteri. Biasanya seluruh keluarga membantu untuk mengumpulkan mas kawin itu. Tetapi jalan ini tertutup untuk mereka yang telah meninggalkan masyarakatnya yang lama. Jalan lain ialah bahwa laki-laki yang belum dapat membayar mas kawin itu, tinggal bersama mertuanya sampai pada waktu mas kawin itu telah dibayar. Tetapi dengan cara ini mereka akan dipengaruhi oleh mertua itu untuk kembali kepada kepercayaan yang lama. Juga dalam hal ini Van Dijken merasa bahwa ia harus menolong dengan meminjam uang untuk membayar mas kawin. Pemuda-pemuda yang belum kawin itu, diberikan tempat tinggal bersama dengan seorang tua sebagai bapak mereka diajar bertani. Van Dijken membiayai pendidikan ini dari hasil tanahnya sendiri.

d. Orang yang mau menjadi Kristen, kehilangan hak-hak yang berdasar kepada adat di kampungnya.

5. Reaksi dari golongan Islam

Kesulitan-kesulitan yang lebih besar lagi dihadapi oleh orang Islam yang mau menjadi Kristen. Pada tanggal 27 Mei 1872 beberapa dari mereka ditangkap oleh penguasa-penguasa Islam dan dibawa ke Ternate. Van Dijken menulis surat kepada Residen di Ternate sampai dua kali, tetapi sama sekali tidak ada jawaban. Kemudian ia sendiri pergi ke Ternate, tetapi

Residen Belanda setuju dengan tindakan penguasa-penguasa Islam. Malahan dituntut dari Van Dijken supaya ia tidak mengizinkan orang Islam mengikuti kebaktian dan supaya ia tidak tulis ke Nederland bahwa ada penangkapan karena iman. Rupanya sikap Residen itu disetujui oleh Pemerintah Hindia Belanda, walaupun mereka tidak menyetujui usulnya untuk menyuruh Van Dijken meninggalkan Halmahera, karena ia merupakan suatu bahaya untuk keamanan di Halmahera.

Dasar tindakan residen ialah persetujuan antara Sultan dan Belanda untuk saling menyerahkan orang-orang Muslim yang menjadi Kristen dan orang-orang Kristen yang menjadi Muslim.

Perkara ini sampai dibicarakan di parlemen Belanda. Rupanya pihak Pemerintah berusaha untuk membuktikan bahwa dalam izin kepada Zending untuk bekerja di Halmahera, tidak termasuk izin untuk bekerja antara orang Islam. Kenyataannya ialah bahwa izin itu diberikan tanpa disebut mengenai kekecualian, sehingga teranglah bahwa termasuk juga pekerjaan di antara orang Islam.

Tahun 1874 seorang Residen mengizinkan secara lisan untuk bekerja di antara orang Islam.

Kejadian-kejadian tersebut di atas tidak mengakibatkan bahwa orang kembali kepada agamanya yang lama. Seorangpun tidak meninggalkan Van Dijken.

Karena Van Dijken bukan seorang penginjil, tetapi seorang petani yang diutus untuk membantu penginjil, ia tidak dibolehkan membaptis orang. Tahun 1871 ia minta kepada Pengurus U.Z.V. supaya kepadanya diberikan izin untuk membaptis. Tetapi permintaan ini ditolak oleh Pengurus.

Tetapi lepas dari soal ini, Van Dijken juga tidak mau membaptis orang terlalu cepat; ia menganggap bahwa perlu sekali persiapan yang baik, antara lain karena orang Galela cenderung untuk menganggap air baptisan sebagai air yang mempunyai khasiat luar biasa.

Baru pada tanggal 5 Januari 1873 Van Dijken ditahbiskan sebagai utusan Injil (jadi bukan lagi pembantu) oleh Ds. Höveker di Ternate.

6. Lahirnya Jemaat di Duma

Orang Kristen yang pertama baru dibaptiskan pada tanggal 17 Juli 1874, lebih dari 21/2 tahun sesudah mereka meninggalkan agamanya yang lama. Yang dibaptiskan ialah 5 orang laki-laki dan 2 perempuan. Sorenya diadakan perjamuan kudus.

Juga mengenai perjamuan kudus perlu sekali diberikan pendidikan yang baik karena terhadap perjamuan kudus itu juga ada kecenderungan untuk menghubungkannya dengan kepercayaan yang dahulu. Pernah meja Tuhan disebut "Jini ma taba" atau meja jin. Natal 1875 jumlah orang Galela yang telah meninggalkan kekafirannya dan tinggal di Duma sedang diberikan pengajaran tentang agama Kristen, sudah 200 orang. 7. Pemberontakan orang Halmahera terhadap Ternate

Pada tahun 1875/1876 terjadilah pemberontakan Hassan yang juga terasa di Galela. Beberapa pengaderan dari Ternate yang harus membela negaranya terhadap Hassan, melarikan diri. Lalu kurang lebih 600 orang datang di Duma dan mengangkat Van Dijken sebagai Raja. Mereka minta supaya Van Dijken membasmi orang Ternate. Tetapi Van Dijken mempergunakan kuasa yang diberikan kepadanya justru untuk melindungi orang Ternate. Upahnya untuk perbuatan itu ialah bahwa semua utusan Injil diangkut dengan kapal perang ke Ternate. Alasannya ialah bahwa Pemerintah tidak dapat lagi menjamin keamanan mereka karena keadaan pemberontakan. Protes rakyat sama sekali tidak menghindarkan Pemerintah untuk membuat itu.

1 Pebruari 1877 Van Dijken tiba kembali di Duma dan disambut oleh rakyat dengan gembira.

8. Pertumbuhan Jemaat di Duma

Pekerjaan di Duma makin pesat. Ny. Van Dijken mengambil alih sekolah dari suaminya. Kebanyakan sekolah tinggal di rumah Van Dijken. Tahun 1879 mereka mempunyai 25 anak di rumah mereka. Ini satu-satunya jalan supaya anak-anak bisa masuk sekolah tiap hari.

8. Desember 1878 diadakan pembaptisan lagi: 5 laki-laki dan 6 perempuan. Minggu kedua tahun 1879 diadakan perjamuan kudus yang diikuti oleh 22 anggota sidi gereja. Seminggu sesudah itu dua penatua yang pertama diteguhkan.

23 Mei diangkat seorang kepala kampung Duma. Jadi sekarang kampung Kristen Duma sudah resmi. Kampung ini terdiri dari 22 keluarga, yang semua telah meninggalkan kekafiran, walaupun mereka belum semua dibaptis.

Akhir 1880 Van Baarda tiba di Halmahera untuk membantu Van Dijken. Ia tinggal di Soa-Konora. Ia seorang ahli bahasa. Pekerjaannya di antara penduduk Soa-Konora tidak berhasil secara nyata walaupun ia tinggal di situ selama 4 tahun terus menerus. Ia berkawan dengan penduduk, tetapi mereka tidak menjadi Kristen. Hasil pekerjaan Van Baarda ialah di bidang bahasa dan ethnologia. Ia menterjemahkan buku ceritera-ceritera Alkitab dari Zahn, yang diterbitkan pada tahun 1907. Hasil lain dari tangannya ialah suatu buku nyanyian

« ÎnapoiContinuă »